Beberapa hari ini sedang viral di dunia maya sebuah surat lamaran kerja yang ditulis dengan gaya bahasa anak Medan.
“Kutengok semalam di internet, kubaca udah bukak pulak lamaran di kantor Bapak’, demikian penggalan isi surat lamaran kerja ‘anak Medan’ yang viral di media sosial.
Menjadi viral karena gaya bahasa tersebut dianggap terlalu frontal atau blak-blakan. sedangkan surat lamaran seharusnya memakai bahasa Indonesia baku.
Lalu sebenarnya bagaimana gaya bahasa ‘anak Medan’ itu sendiri?
Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Medan Area (UMA) Ara Auza menjelaskan gaya bahasa ‘anak Medan’ memang unik dan perlu penelitian lebih jauh soal gaya khas bicara orang-orang di Medan.
“‘Bahasa Medan’ memang unik dan menarik perhatian. Kekhasan bahasa Medan ini memang perlu ditelisik lebih jauh. Banyak tokoh yang menggunakan ‘bahasa Medan’ mendapat positioning yang baik di media massa, bahkan jauh sebelum adanya media sosial,” kata Ara, Senin (7/9/2020).
Dia menilai gaya bahasa khas anak Medan ini banyak digunakan untuk menarik perhatian karena terdengar atau terlihat frontal.
Dalam komunikasi sehari-hari, kata Ara, gaya bahasa anak Medan ini bukan masalah. Contohnya, dulu Warkop DKI menggunakan gaya bahasa khas Medan di film-film mereka. Sekarang ini banyak juga Youtuber yang memakai gaya khas Medan untuk menjaring subscriber.
Namun, jika gaya bahasa seperti itu dipakai untuk hal formal, seperti surat lamaran kerja, bakal menjadi masalah.
“Yang didapati dalam surat lamaran yang sedang viral merupakan bahasa percakapan yang dituliskan. Bentuknya adalah bahasa lisan yang dibuat dalam bentuk tulisan, jadi terlihat baru bagi sebagian orang. Padahal dialek Medan tersebut sering diucapkan melalui lisan atau oral. Mungkin saja baru kali ini ada yang menuliskan bahasa Medan secara tulisan, meme, atau bentuk lainnya dan dianggap viral,” ujar Ara.
“Kalau memang benar surat lamaran itu disampaikan kepada perusahaan, secara struktur kata dan kalimat pasti salah. Surat resmi seharusnya mengikuti struktur kata atau kalimat yang sudah ada seperti S-P-O-K dan/atau dalam bentuk pasif. Kalau frontal secara lisan memang nggak ada masalah. Menjadi masalah karena dalam bentuk tulisan. Kaidah penulisan kan harus merujuk pada struktur yang ada,” sebut Ara.
Terlepas dari viralnya surat lamaran kerja ‘anak Medan’ tersebut, Ara menilai gaya bahasa orang-orang Medan merupakan budaya yang harus diteliti dan dilestarikan. Dia berharap Pemko Medan menjadikan bahasa sebagai salah satu budaya yang harus dilestarikan.
Begini isi surat lamaran kerja ‘anak Medan’ yang viral tersebut:
(IS/Detik)
Dibaca 177 x
Komentar post