Dalam upaya menghargai keberadaan makam para pendiri kota Palembang dan menempatkannya pada makom yang selayaknya, Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma Provinsi Sumatera Selatan menggelar “Ziarah dan Diskusi Makam Para Raja dan Sultan Palembang”.
Chapter 1, dari rangkaian ziarah dan diskusi yang akan dilakukan setiap bulan ke makam-makam raja dan sultan Palembang, dilaksanakan di area makam Aryo Dillah di Jl. Ariodillah Demang Lebar Daun Palembang, Jum’at (29/10/2021).
Hadir sebagai nara sumber pada diskusi tersebut, SMB IV Jayo Wikramo, RM Fauwaz Diradja, SH., MKn., Sultan Palembang Darussalam; Hernoe Roesprijadji, SIP., MH., MSi., Penasehat Paguyuban Keluarga Besar Pujakesuma; dan DR. (Con) Kms. AR. Panji, SPd., MSi., Ahli Sejarah.
Diskusi yang dimoderatori oleh Vebri Al Lintani berjalan dengan baik dan mampu memunculkan sisi lain dari makam Ario Dillah yang jarang dibahas, terutama terkait adanya dua makam yang kedua-duanya diklaim sebagai makam Ario Dillah dan arah makam yang tidak biasa sebagaimana arah makam muslim.
RM Fauwaz Diradja, SH., MKn selaku pewaris Kesultanan Palembang Darussalam mengapresiasi adanya diskusi yang diinisiasi oleh Hernoe Roesprijajdi dari Paguyuban Pujakesuma Sumatera Selatan.
Ia berharap dari diskusi ini akan muncul langkah konkrit bagaimana menjaga dan memperlakukan makam para leluhur dengan etika dan aturan atau tata krama yang baik.
“Makam ini merupakan situs dan jejak sejarah yang harus kita jaga bersama. Apalagi Ario Dillah merupakan pendiri Kerajaan Palembang, maka sudah sepatutnya kita menziarahinya dan mengurus makam dan lingkungannya dengan cara yang baik,” kata Sultan Palembang Darussalam ini.
Sebagaimana makam-makam para raja dan sultan di Jawa, tambah Sultan, disana makam-makam mereka dirawat dan dijaga dengan baik, bahkan meski mereka sudah tiada tetapi masih mampu memberikan kehidupan kepada yang masih hidup.
Senada dengan Sultan, Hernoe Roesprijadji, tokoh Palembang yang sekaligus inisiator agenda Ziarah dan Diskusi ini, berharap makam-makam para pendiri dan leluhur kota Palembang harus dirawat dengan baik agar tetap dapat diziarahi oleh generasi-generasi selanjutnya.
“Ario Dillah ini diakui sebagai tokoh dari Kerajaan Majapahit yang ditugaskan menjadi Adipati Palembang dan memiliki peran yang cukup besar terhadap berdirinya kota ini. Meskipun Ario Dillah adalah utusan Majapahit, ia merupakan penguasa di Palembang,” jelas Mashernoe, sapaan akrab Hernoe Roesprijadji.
Selain tokoh umaro, lanjut Mashernoe, Ario Dillah juga merupakan tokoh ulama yang turut berdakwah mensyiarkan agama Islam di bumi Nusantara, khususnya di wilayah Palembang dan sekitarnya.
Sementara dalam kenyataannya, urai Mashernoe, makam Ario Dillah yang notebene adalah makam seorang tokoh besar kondisinya kurang mendapat perhatian. Sebagai bangsa yang menghargai para pahlawan, sudah seharusnya kita terpanggil untuk merawatnya dengan baik sehingga makam ini bisa menjadi salah satu sumber edukasi bagi para generasi muda.

Pada kesempatan yang sama, ahli sejarah AR. Panji menyatakan pentingnya pelurusan sejarah terkait makam Ario Dillah ini. Menurutnya pelurusan sejarah ini penting untuk menyelesaikan kontroversi munculnya dua makam Ario Dillah di lokasi yang tidak berjauhan dan pembuktian otentisitas makam itu sendiri.
“Ario Dillah sebagai tokoh besar, makamnya merupakan situs sejarah yang sangat bernilai. Kita perlu melibatkan ahli sejarah dan ahli arkeologi untuk mengetahui kepastian mana yang otentik dari dua makam yang ada ini yang benar-benar makam Ario Dillah,” ujar AR. Panji.
Untuk diketahui, Kerajaan Palembang berdiri sekitar abad ke-15. Ario Damar adalah pendiri kerajaan ini. Ia sebenarnya mewakili Kerajaan Majapahit di Palembang Lamo (atau nantinya disebut Kerajaan Palembang), dengan gelar Adipati Ario Damar yang berkuasa antara tahun 1455 hingga tahun 1486. Ketika ia datang ke Palembang, rakyat dan penduduk di daerah ini sudah beragama Islam.
Diskusi yang juga dihadiri para tokoh Palembang, guru mata pelajaran sejarah, Forum Kerukunan Mahasiswa Palembang (FKMP), Forum Palembang Bangkit (FPB), staf ahli Gubernur Sumatera Selatan, Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, Camat Ilir Barat I, serta para pemerhati sejarah kota Palembang ini ditutup dengan melakukan ziarah pada dua makam Ario Dillah. (IS/da)
Baca: Sejarah Kota Palembang atau Aryo Dillah atau Aryo Damar
Dibaca 302 x
Komentar post