PAC GP Ansor Kecamatan Mesuji Makmur OKI menyelenggarakan Diklat Terpadu Dasar (DTD) Banser, angkatan XI yang dipusatkan di komplek Pesantren Darussalamah, Desa Karya Usaha, Kecamatan Mesuji Makmur, 18 – 21 Februari 2021.
Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua PAC GP Ansor Mesuji Makmur, Edi Waluyo, Pengasuh Pesantren Darussalamah, Kiai Sukino, Camat Mesuji Makmur dan perangkatnya, Perangkat Desa Karya Usaha Mesuji Makmur, Kasatkorwil Banser Sumsel, M. Erwinsyah, Wakasatkorwil Banser Sumsel, Sandy Ridwan dan segenap sesepuh NU, Kiai dan tokoh masyarakat Mesuji Makmur, OKI, Sumsel.
Kiai Sukino, tuan rumah penyelenggara DTD, saat membuka DTD XI mengutarakan rasa bangganya karena ternyata masih banyak generasi muda yang memiliki minat bergabung dengan Banser.
“Saya ucapkan selamat datang di DTD XI ini dan saya sangat bangga kegiatan ini bisa berlangsung disini. Selama masih ada Banser, Insya Allah Indonesia akan aman dan kondusif karena Banser adalah kader NU yang taat pada Allah, Rasul dan ulil amri atau pemerintah yang sah,” kata Kiai Sukino.
Kepada pengurus dan anggota GP Ansor dan Banser, Kiai Sukino berpesan agar semua menjadi Banser yang ikhlas dan senantiasa mengikuti para kiai atau ulama NU.
“Dengan mengabdi kepada para ulama secara ikhlas, kehidupan kalian pasti akan mendapatkan keberkahan di dunia dan di akhirat,” jelas Kiai Sukino.
Di tempat sama, Ketua PAC Ansor Mesuji Makmur, Edi Waluyo menjelaskan, kaderisasi Banser harus terus berlangsung untuk menjaga kesinambungan regenerasi para penjaga ulama dan NKRI.
“Diklatsar Banser merupakan tonggak awal untuk menjaga Banser tetap eksis, solid, dan mampu menjadi garda terdepan untuk Islam Aswaja dan NKRI,” tegas Edi Waluyo.
Jadi anggota Banser, tambah Edi Waluyo, tidak bisa asal jadi saja. Dengan mengutip falsafah Jawa, Edi mengatakan “Nek wani ojo wedi wedi, nek wedi ojo wani wani”, maksudnya kalau berani ya jangan takut takut, kalau takut ya sudah ga usah ikut.
Sementara itu, M. Erwinsyah, Kasatkorwil Banser Sumsel berharap anggota Banser tidak cepat berpuas diri karena semua hal butuh proses.
“Untuk menjadi anggota Banser harus mengikuti tahapan, salah satunya adalah pendidikan dan latihan dasar yang merupakan syarat awal,” jelas Erwinsyah.
Tujuan Diklatsar, tambah Erwinsyah, adalah dalam rangka penguatan organisasi sesuai fungsi Banser sebagai penjaga ulama, penjaga kiai, penjaga akidah Ahlusunnah, dan penjaga NKRI.
Kegiatan DTD XI ini diikuti 88 peserta yang berasal dari Kabupaten OKI dan beberapa wilayah lain di Sumsel.
Eko Setiawan, Komandan Pelatih Lapangan, memotivasi peserta untuk tidak bermental tempe. Banser harus militan dan memiliki mental kuat untuk siap terjun di lapangan menjaga ulama dan Aswaja.
“Anggota Banser harus militan, harus percaya diri dan punya mental kuat sekuat baja karena kitalah barisan terdepan penjaga ulama dan NKRI ini,” tegas Eko.
Eko yang dikenal enerjik dan lincah ini juga mendorong peserta Diklatsar untuk tidak berhenti sampai disini saja, tetapi harus mengikuti jenjang pelatihan lanjutan bila benar-benar ingin menjadi Banser militan.
Ada sesuatu yang istimewa dalam kegiatan DTD XI ini, yaitu keikutsertaan Muhammad Shodiq (50), seorang mualaf yang baru memeluk Islam selama satu tahun terakhir, dan tiga orang peserta yang berasal dari satu keluarga, sepasang suami istri dan satu anaknya.
Saat dimintakan tanggapan terkait keikutsertaannya di DTD Banser ini, Muhammad Shodiq mengatakan bahwa ia sangat bersyukur bisa mendapat hidayah dan akhirnya menuntunnya masuk Banser.
“Puji syukur saya kepada Allah SWT karena di umur saya yang tidak muda lagi, saya mendapat nur Islam. Saya juga sangat terharu bisa menjadi bagian dari Banser dan bisa mengabdikan diri saya menjaga para ulama dan kiai,” kata Ahmad Shodiq sesenggukan dengan cucuran air mata haru yang tak tertahankan.
Dalam Diklatsar ini peserta juga diajarkan materi radikalisme Islam dan deradikalisasi.
Ustadz Marzuki sebagai pemapar materi deradikalisasi Islam menekankan kepada peserta DTD XI untuk melek informasi, baik informasi umum maupun informasi agama.
“Radikalisasi di kalangan Islam itu nyata adanya dan berbahaya bagi kelangsungan bangsa dan negara Indonesia. Untuk itu, Banser juga harus mampu menjadi benteng untuk mencegah penyusupan ajaran radikalisme,” tandas ustadz Marzuki.
Selain materi deradikalisasi, materi wajib yang harus diikuti peserta adalah materi keaswajaan, ke Nu-an, ke-Banseran, ke-Ansoran, materi pelatihan kepemimpinan, kebangsaan, bela negara, outbond, termasuk juga penggeblengan mental spiritual. (GD/IS)
Dibaca 414 x
Komentar post