Setiap kali kita mengendarai kendaraan dan berhenti di traffic light, segera kita akan dihampiri beberapa anak umur belasan tahun dengan dandanan warna perak. Sekujur tubuh mereka, termasuk muka dan rambut, dicat dengan cat warna perak.
Fenomena manusia silver ini sesungguhnya sangat memprihatinkan. Mereka ‘ngamen’ di jalanan baik siang maupun malam hari. Keberadaan mereka saat ini dapat dijumpai hampir si seluruh traffic light kota Palembang. Lantas apa yang mereka lakukan saat tampil di jalan?
Fenomena cara mengamen dengan berdandan sebagai manusia silver ini nampaknya “impor” dari fenomena serupa yang terjadi di Jabodetabek.
Dan ternyata kebanyakan dari mereka adalah remaja-remaja putus sekolah. Contohnya Jodi. Anak putus sekolah yang mencari rezeki dengan menjadi manusia silver dan kerap beroperasi kerap ada di lampu merah.
Jodi menceritakan ketika menjadi manusia silver, ia kerap membaca puisi-puisi.
“Hormat, dan baca baca puisi gitu. Atau minimal memberi salam” kata Jodi.
Jodi sudah sering menjadi manusia silver sejak usia 13 tahun,. Puisi yang ia baca dia ambil dari dunia maya. “Iya, liat-liat dari online (puisi),” kata Jodi remaja yang kini berusia 17 tahun itu.
Saat ditanya penghasilannya, Jodi menjelaskan, tak menentu. Ia mulai beroperasi pukul 15.00 hingga 22.00 WIB. Kadang mampu mendapatkan antara Rp Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribuan.
“Yang paling gede itu pecahan Rp 50 ribu. Tergantung kadang di atas Rp 100 ribu, mentok Rp 200 ribu lah,” katanya.
Meski ngamen dengan cara bergerombol sambil memegang kotak kardus, Jodi bersama temannya sama sekali tak merasa ada persaingan.
“Nggak lah, kan kita ganti-gantian. Satu lampu merah, nanti kita gantian. Jadi kita dua orang, tiga orang, kita gantian. Ganti-gantian aja sama-sama nyari duit. (rezeki udah diatur) iya,” kata Jodi.
Orang tuanya tahu apa yang dikerjakan oleh Jodi. Memang dari penghasilan itu ada sebagian yang yang disisihkan buat orang tua mereka.
“Iya (tahu), yang penting dapet duit, sebagian (diambil sendiri) sebagian orang tua,” kata Jodi.
Meski disisihkan, teman Jodi, Chandra mengaku uang sekecil itu cukup untuk kebutuhannya sehari-hari.
Pemerintah, dalam hal ini Pemkot Palembang, perlu memberi perhatian khusus pada fenomena manusia silver yang mengamen di jalanan kota Palembang. Bila dibiarkan, keberadaan mereka akan menjadi masalah sosial yang lebih parah, apalagi kebanyakan dari mereka adalah dropout.
Disamping itu, keberadaan manusia silver di perempatan-perempatan kota Palembang tersebut tentu menggangu pemandanga dan kenyamanan para pengendara. (IS)
Dibaca 125 x
Komentar post