Setelah memperingati Maulid Nabi Muhammada SAW di siang hari, agenda tim Safari Maulid malam ini (Kamis, 22/10/20) adalah pembinaan kepada jamaah thoriqoh di Masjid Almuttaqin, desa Pelita Jaya SP 1, Kecamatan Muara Lakitan, Musi Rawas, Sumatera Selatan.
KH Muchtar Ghazali atau Gus Muchtar, pengasuh Pondok Pesantren Baitul Mustaqim, sekaligus Mursyid Thoriqoh Kholidiyah Naqsabandiyah, dalam pembinaannya menjelaskan pentingnya atau keistimewaan bagi seseorang mengikuti thoriqoh.
Perlu kita pahami, kata Gus Muchtar, silsilah atau urutan nasab yang paling tinggi bagi manusia adalah nasab kepada Rasulullah.
Secara umum, kita bisa mengurutkan nasab dalam dua urutan; yang pertama yaitu nasab basariyah, nasab yang tersambung karena perkawinan. Contohnya si fulan adalah anak dari pak fulan, pak fulan anaknya pak fulan dan terus hingga ke atas, apabila diurutkan bisa bertemu dengan Rasulullah, maka ia memiliki nasab basariyah. Jika tidak, ia tidak akan memiliki nasab ke Rasulullah.
Nasab yang kedua yang disebut nasab ruhaniyah adalah nasab yang dihasilkan dari ikatan guru atau murid dan guru dan terus diurutkan ke atas hingga guru yang di atasnya akhirnya bersambung dengan Rasulullah, maka ia memiliki nasab ruhaniyah.
Para santri yang memiliki guru yang sama secara berjenjang dengan kyai A, kyai B, atau kyai C yang dimana guru kyai ini bila diurutkan tersambung gurunya dengan Rasulullah, maka ia memiliki nasab ruhaniyah.
Bagimana dengan orang awam atau non santri?
Agar orang awam atau non santri atau mereka yang tidak ngaji memiliki nasab ruhaniyah, caranya adalah dengan ikut talkin thoriqoh.
Contohnya, seorang jamaah thoriqoh dibaiat oleh KH Ali Hasyim, KH Ali Hasyim punya guru bernama KH Umar Sofyan, KH Umar Sofyan berguru dengan KH Muhammad Yahya dan seterusnya hingga bersambung ke Rasulullah. Orang ini meskipun ia orang awam atau bukan santri, karena ia ikut thoriqoh, maka sanadnya terang, sanadnya ikut Rasulullah SAW.
Gus Muchtar juga menjelaskan pentingnya memahami keuntungan atau manfaat mengikuti thoriqoh. Sesorang yang mengikuti thoriqoh, kata Gus Muchtar, maka ia menyambungkan nasab ruhaniyahnya dengan Rasulullah SAW.
Lalu, thoriqoh yang mana yang harus kita ikuti?
Kita bisa mengikuti thoriqoh yang mana saja yang ada di sekitar kita, yang penting thoriqoh tersebut mu’tabaroh, yaitu thoriqoh yang diakui atau yang disahkan oleh para ulama thoriqoh.
Ada lebih dari 40 thoriqoh yang diakui atau yang disahkan oleh ulama, diantaranya adalah Thoriqoh Naqsabandiyah Kholidiyah, Thoriqoh Naqsabandiyah Qodiriyah, Thoriqoh Naqsabdiyah Satariyah, dan yang lainnya.
Bila seseorang memiliki nasab ruhaniyah karena menjadi jamaah salah satu thoriqoh tersebut, berarti ia memiliki silsilah keilmuan yang jelas. Dampaknya terhadap kehidupannya, ia akan menjadi lebih berhati-hati dalam bersyariat.
Contohnya, bila sebelumnya ia jarang mengerjakan shalat, menjadi rajin shalat, bila sebelumnya tidak hati-hati dalam hukum, menjadi lebih berhati-hati dalam hukum. Yang tadinya akhlaqnya kurang baik menjadi baik, yang tadinya sombong menjadi rendah hati, yang tadinya pelit jadi dermawan dan seterusnya.
Apa manfaat lain dari menjadi jamaah thoriqoh?
Dengan menjadi jamaah thoriqoh, kata Gus Muchtar, seseorang bisa melakukan tazkiyatunnafs, yaitu membersihkan hati.
Ibarat sebuah rumah yang kita miliki, rumah kita harus selalu dibersihkan, disapu, dipel, secara teratur. Sehingga bila ada tamu datang, rumah kita bersih dan nyaman, kita sebagai tuan rumah akan merasa pede menerimanya.
Begitu juga dengan hati kita, hati kita harus senantiasa dibersihkan, yaitu dengan cara dzikrullah.
“Segala sesuatu itu ada pembersihnya, dan pembersih hati adalah dzikrullah, dzikir kepada Allah SWT”, jelas Gus Muchtar
Beruntunglah bagi mereka yang selalu membersihkan hatinya dan celakalah bagi mereka yang selalu mengotori hatinya. Karena hati yang kotor akan jadi gelap.
Saat sakratul maut, malaikat Izroil bertamu menemui kita. Bila hati kita bersih, ketika sakratul maut kita bisa dengan mudah mengingat Allah SWT dengan menyebut lafadz La ilaha illallah, atau lafadz Allah, Allah. Hati yang bersih inilah yang membuat kematian kita husnul khatimah.
Saat datang sakratul maut, tambah Gus Muchtar, saat kita akan menghadap Sang Pencipta; tidak ada apapun yang akan kita bawa; kita tidak akan membawa harta benda atau anak istri yang kita cintai. Semua kita tinggalkan.
“Jadi tujuan menjadi jamaah thoriqoh, pertama adalah agar kita memiliki nasab ruhaniyah yang sanadnya jelas hingga ke Rasulullah; dan yang kedua, untuk membersihkan hati agar sikap dan perilaku kita menjadi baik. Dengan demikian, saat menghadapi sakratul maut, kita jadi pede, tidak takut untuk didatangi malaikat Izroil yang akan membawa kita menghadap Allah SWT”, pungkas Gus Muchtar. (IS/Dms)
Dibaca 488 x
Komentar post