Ini kabar menyedihkan tetapi harus diterima dengan lapang dada. Indonesia resmi masuk jurang resesi menyusul sejumlah negara lain.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dilihat dari produk domestik bruto (PDB), terkontraksi minus 3,49 persen di kuartal III 2020 (year on year/yoy).
Meski demikian, Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP), Dr Sri Rahayu SE MM, mengatakan PDB tersebut ia nilai sudah membaik dan lumayan.
“Kita tidak boleh pesimis karena dari minus 5,39 persen ini menjadi 5,32 persen di kuartal ke II, dan di kuartal ke III ini menjadi minus 3,49 persen; artinya ada peningkatan meskipun masih negatif. Ini tidak apa-apa, memang resesi itu definisinya seperti itu, kemerosotan,”jelasnya, Jumat (6/11/2020).
Secara Matematika, tambah Sri Rahayu, kita lihat minus 5,32 dengan minus 3,49 kan lebih bagus minus 3,49. Jadi kita harus tetap optimis, seperti apa yang dikatakan oleh Menteri Keuangan RI ibu Sri Mulyani untuk tetap memperbaiki produksi dan konsumsi supaya seimbang. Sebenarnya resesi itu disebabkan karena produksi dan konsumsi itu tidak seimbang.
“Menkeu juga mengatakan bahwa kita juga harus menggenjot konsumsi, karena beliau memprediksi konsumsi tetap dipertahankan 57,9 persen dari PDB,” katanya.
“Dengan persentasi modal bruto 32,3 persen maka PDB bisa dijaga dan pada kuartal III bisa mencapai 0 bahkan positif. Jadi apa yang harus dilakukan, tetap lakukan pemberian bantuan sosial supaya konsumsi masyarakat meningkat,” katanya.
Apalagi saat ini, konsumsi yang meningkat ini adalah kebutuhan akan internet karena masyarakat memang harus melakukan semua kegiatan secara online, ini disebabkan karena ada pandemi Covid-19.
Sementara untuk dampak resesi di Sumatera Selatan sendiri, ia masih tetap optimis, daerah pasti bisa mengalami pertumbuhan.
“Bisa dilihat sendiri, geliat geliat ekonomi di Sumsel ini kan sudah bangkit meskipun Mal yang saya lihat rata-rata pengunjungnya masih 60 persen, tapi kan kita sudah berusaha semaksimal mungkin, semua kegiatan sudah diarahkan ke Mal supaya pengunjung meningkat,” jelasnya.
Apalagi didukung dengan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Palembang, ini memberikan kepercayaan kepada investor bahwa Sumsel ini aman.
“Intinya kita tetap berusaha, dan tetap menjaga konsumsi supaya teman-teman yang melakukan produksi atau produsen, mereka tidak menumpuk barangnya. Sekarang ini saya lihat orang itu takut belanja, dan menyimpan uang tapi memang ketakutan apalagi masalah sekolah untuk mempersiapkan pendidikan dan inilah peran pemerintah harus kuat baik ditingkat daerah maupun sampai tingkat pusat,” jelasnya.
Ia pun meminta kepada para Camat untuk melakukan sebuah kegiatan karena dananya sekarang larinya ke kecamatan.
“Ayo dong, Camat Camat bergerak, hidupkan kegiatan-kegiatan konsumsi masyarakat,” kata Sri.
Dijelaskan oleh Sri bahwa resesi secara mudah dimengerti oleh awam adalah turunnya aktifitas ekonomi yang sangat signifikan, turunnya harga-harga atau justru meningkatnya harga-harga secara tajam akhirnya depresi.
“Jadi resesi yang berlangsung lama itu nantinya akan depresi. Kalau untuk orang awam lihat saja penurunan aktifitas ekonomi, lihat bagaimana kondisi pasar tradisional, kondisi mal itu kan sudah kelihatan. Dan kalau bicara UMKM tentu berdampak juga ke mereka resesi ini,” jelasnya.
Tapi pemerintah saat ini sedang giatnya mendukung pelaku UMKM, IKM dan lainnya, baik dari pusat hingga ke daerah.
“Maka perlu dipahami oleh kepala daerah nanti, bagi yang mencalonkan dirinya sebagai kepala daerah, apa saja program mereka terhadap UMKM, ini penting banget loh,” kata Sri. (IS/Dms/tribun)
Dibaca 131 x
Komentar post