Dampak dari pandemi Covid-19 melanda dunia pendidikan kita, bahkan dunia secara umum. Mau tidak mau, suka atau tidak suka alternatif pembelajaran secara daring harus ditempuh oleh pemerintah meskipun harus menghadapi segudang permasalahan, baik dari sisi siswa maupun dari sisi tenaga pengajar dan orang tua.
Dilema tersebut terus berlanjut hingga yang semula belajar secara daring dianggap efektif, kini menjelma menjadi momok yang kian hari kian mengerikan.
Awalnya belajar secara daring hanya ad hoc sebagai alternatif selama Pandemi Covid-19, dengan tujuan melindungi siswa dan dunia pendidikan dari kontaminasi penyebaran Virus Corona dengan meminimalisir pembelajaran tatap muka, belakangan timbul gagasan untuk mempermanenkan metode pembelajaran Online ini.
Sontak hal ini membuat berbagai kalangan pendidikan tercengang. Beberapa lembaga pendidikan menarik diri dari dukungan terhadap metode pendidikan daring ini, sebut saja PGRI, Muhamadiyah dan yang lainnya.
Metode pembejaharan Secara Online ini yang awalnya disebut efektif ternyata membawa dampak buruk terhadap efisiensi, tenaga, waktu dan biaya.
Hal tersebut dirasakan oleh masyarakat yang secara inprastruktur belum siap, hingga gangguan psikis dan fisik siswa dan orang tua. Bayangkan saja, bagaimana siswa mencari sinyal HP hingga ke puncak bukit dengan jarak puluhan kilometer dari tempat tinggalnya, orang tua terbebani dengan biaya tambahan untuk membeli Quota data Internet, hingga tingkat stress siswa semakin merebak.
Lalu, jika diteruskan dalam kondisi belum siap baik secara mental maupun infrastruktur, sisi mana yang dianggap efektif?
Yang jelas, dunia pendidikan itu bukan saja hanya semata siklus mengajar dan belajar secara formal, akan tetapi disana ada pembentukan karakter siswa dari sosialisasi siswa dengan siswa atau siswa dengan guru dan banyak hal hal yang membentuk karakter siswa; dengan belajar secara daring, semua itu terpangkas habis.
Jika dibiarkan berlanjut menggunakan metode pembelajaran Online, maka siswa akan semakin terbebani dari sisi mental, dan orang tua yang sebelumnya terbebani masalah ekonomi akibat pandemi Covid-19, akan bertambah beban akibat timbulnya biaya yang melambung tinggi untuk mengakses pembelajaran daring.
Lalu, metode apa yang paling efektif untuk diterapkan sebagai metode pembelajaran dalam era New Normal?
Tentu banyak alternatif yang bisa ditempuh semisal menggunakan metode berdasarkan zona wilayah dengan tetap mengutamakan protokoler sosial distancing. Artinya metode pembelajaran di era pandemi Covid ini jangan disamaratakan untuk seluruh wilayah. Kalau wilayah dengan zona tertentu memungkinkan untuk pembelajaran tatap muka, maka terapkan system tatap muka; sebaliknya, jika hanya memungkinkan dengan system Online, maka terapkan system Online; tentu dengan teknik yang lebih manusiawi, tidak membebani baik pengajar, siswa atau orang tua.
Kuncinya adalah pemerintah jangan egois memaksakan metode tertentu. Penulis yakin bangsa ini adalah bangsa yang dihuni orang orang pintar, banyak ide dan gagasan yang bisa diadopsi untuk system pembelajaran dalam dunia pendidikan kita, terutama untuk menyiasati dampak pandemi Covid-19 saat ini.
Soreang, 31 Juli 2020
Jaelani / 081573063493
Dibaca 614 x
Komentar post