Untuk mengurangi persaingan terus menerus yang ‘berdarah-darah’ dan melibatkan ‘bakar uang’ yang tak sedikit, Grab dan Gojek didorong untuk melakukan merger.
Bos Softbank salah satu pemegang saham utama di Grab, Masayoshi disebut menekan pendiri Grab Anthony Tan untuk segera merampungkan rencana mega merger ini. Hal ini diungkapkan oleh seorang sumber yang tak ingin disebutkan namanya, seperti lansir dari Japan Times, Selasa (20/10/2020).
Masayoshi Son terus meminta Anthony Tan, pendiri Grab untuk melakukan gencatan senjata dengan Gojek dan melakukan negosiasi untuk merger.
Sumber itu mengatakan kedua startup ride-hailing Asia Tenggara ini aktif melakukan pembicaraan merger melalui Zoom selama beberapa bulan ini dan sudah terlihat adanya langkah maju menuju kesepakatan.
Persoalan yang harus diselesaikan kini adalah apakah keduanya akan menggabungkan semua operasi atau Grab mengakuisisi Gojek di Indonesia.
Berbeda dengan Grab, Gojek justru mengharapkan kolaborasi kedua perusahaan dilakukan di tingkat regional Asia Tenggara. Hal ini sejalan dengan rencana yang dimiliki oleh Masayoshi Son.
Tak pelak, hal ini menunjukkan ketegangan yang semakin sengit antara Masayoshi Son dan Anthony. Terkait hal ini, pihak Gojek dan Grab masih menolak untuk memberikan komentar.
Bagi SoftBank penggabungan Grab dan Gojek bertujuan untuk mengurangi kompetisi bakar uang yang selama ini terjadi. Lagi pula persaingan tanpa henti kedua raksasa ride hailing ini telah mengaburkan potensi bisnis yang sebelumnya sangat jelas.
Kekhawatiran lainnya adalah restu dari regulator soal aksi korporasi ini. Ada potensi regulator akan mencegah terjadinya penggabungan agar tak tercipta monopoli yang merugikan konsumen.
Penggabungan ini semakin kuat didorong terjadi oleh Masayoshi Son setelah dirinya mengunjungi Indonesia akhir tahun lalu. Saat ini kedua belah pihak tengah bernegosiasi mengenai struktur penggabungan dan valuasi, serta bagaimana mengatasi antitrust dari regulator.
Meski demikian, keinginan untuk merger tidak bisa terjadi atas keinginan satu pihak. Di pihak Gojek, terutama para pemegang sahamnya harus memiliki keinginan yang sama agar transaksi ini tuntas.
Di luar rencana mega merger tersebut, publik perlu tahu siapa saja sebenarnya pemegang saham yang ada di belakang Gojek
Temasek
BUMN investasi Singapura ini berkali-kali disebut sebagai pemegang saham terbesar di Gojek. Reuters pada Januari 2018 menyebut Temasek kembali menyuntikkan modal ke Gojek.
Temasek menggunakan beberapa sayap investasi yang tercatat sebagai pemegang saham Gojek, yakni Gamvest Pte Ltd dan Anderson Investment Pte Ltd
Google masuk ke Gojek melalui Google Asia Pacific Pte Ltd pada 2018 lalu melalui pendanaan seri E. Google kembali ikut pendanaan seri F bersama dengan sejumlah perusahaan lain, yakni Mitsubishi Corporation, Mitsubishi UFJ Lease & Finance, Visa, Tencent dan JD.com
KKR
KKR masuk ke Gojek melalui KKR Go Investments Pte. Ltd pada 2016 dalam pendanaan seri D. Dalam seri ini KKR tidak sendiri tetapi juga ada Warburg Pincus, Sequoia Capital India dan lain-lain
Tencent
Tencent masuk ke Gojek melalui Tencent Mobility Limited pada pendanaan seri F di Juli 2010. Raksasa digital asal China ini kembali menyuntikan modal ke Gojek pada Maret 2020.
Sequoia Capital India
Perusahaan investasi ini merupakan pemegang saham awal di Gojek yang masuk melalui pendanaan Seri B. Sesquoia kembali mengikuti pendanaan Gojek seri D
Astra Internasional
Perusahaan Indonesia ini masuk ke Gojek pada 2018 dengan pendanaan sekitar Rp 2 triliun. Gojek dan Astra juga telah berkolaborasi dalam layanan Go Fleet.
Selain para investor tersebut di atas, Gojek memiliki banyak pemegang saham dengan porsi kepemilikan lebih kecil. Para pemegang saham tersebut masuk melalui 7 seri pendanaan mulai 2014.
Investor juga masuk melalui sayap Gojek, seperti Gopay yang telah menjadi unicorn ketujuh Indonesia setelah Facebook dan PayPal menyuntikan modal pada tahun ini. (IS/cnbc)
Dibaca 137 x
Komentar post